Apa itu Akad Samsarah?
(KETENTUAN POKOK HUKUM SYARA' TENTANG SAMSARAH)
Pengertian Samsarah :
__________________________
Samsarah (brokerage) adalah suatu profesi (pekerjaan) dimana pelakunya menjadi perantara antara penjual dan pembeli. Simsar (pelaku samsarah, broker) adalah perantara antara penjual dan pembeli. (RawwasQal’ahJie, Mu’jamLughah Al Fuqaha, hlm. 191).
Para fuqoha (ahli fiqih) mendefinisikan simsar (pelaku samsarah) sebagai orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah baik untuk menjual maupun untuk membeli
Definisi simsar juga berlaku untuk dallaal, yaitu orang yang bekerja untuk orang lain dengan upah baik menjual maupun membeli.
__________________________
Hukum Samsarah :
__________________________
Samsarah adalah pekerjaan yang halal menurut Syariah Islam.
Dalilnya hadits Nabi SAW yang men-taqrir samsarah pada masa Nabi SAW. Dari Qais bin AbiGharazah Al Kinani RA, dia berkata:
“Dahulu kami (para shahabat) berjual beli di pasar-pasar di Madinah dan kami menyebut diri kami samasirah (para simsar/makelar). Keluarlah Rasululullah SAW kepada kami kemudian beliau menamai kami dengan nama yang lebih baik dari pada nama dari kami."
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai golongan para pedagang, sesungguhnya jual beli sering kali disertai dengan ucapan yang sia-sia dan sumpah, maka bersihkanlah itu dengan shadaqah.”
(HR Abu Dawud no 3326; Ibnu Majah no 2145; Ahmad 4/6; Al Hakim dalam Al Mustadrak no 2138, 2139, 2140, dan 2141).
(Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah, 2/311; Yusuf Qaradhawi, Al Halal wal Haramfi al Islam, hlm.226).
__________________________
Syarat-syarat Samsarah :
__________________________
Hanya saja dalam samsarah disyaratkan beberapa hal sbb antara lain:
1. Pekerjaan simsar itu harus jelas (ma’lum),
2. Upah (ujrah) atau komisi (‘umulah) yang diterima oleh simsar harus jelas (ma’lum)
3. Upah bagi samsarah tersebut tidak terlalu tinggi (ghabanfahisy) atau mengeksploitir kebutuhan masyarakat.
4. Samsarah yang dilakukan tidak termasuk samsarah yang diharamkan, misalnya samsarah dalam jual beli antara orang kota dengan orang dusun.
__________________________
Keterangan masing-masing syarat di atas:
__________________________
Keterangan syarat (1): pekerjaan simsar itu harus jelas (ma’lum), baik denganmenjelaskan barang yang akan diperjual-belikan, atau dengan menjelaskan berapa lamasimsar bekerja.
Jika pekerjaan simsar tidak jelas, maka akad samsarahnya fasid. (Taqiyuddin AnNabhani, Syakhshiyyah Islamiyyah, 2/311)
Contoh ucapan penjual untuk memperjelas pekerjaan atau lama kerja simsar. Penjual berkata kepada simsar, “Jual lah rumahku yang itu, yang alamatnya di sini, dst.” (menjelaskan barang yang akan diperjual-belikan). Atau, “Juallah rumahku dalam waktu satu minggu ini.” (menjelaskan berapa lama simsar akan bekerja).
Keterangan syarat (2): upah (ujrah) atau komisi (‘umulah) yang diterima oleh simsar harus jelas (ma’lum).
Besarnya upah boleh ditetapkan sbb:
(1) berupa jumlah uang tertentu,
(2) berupa persentase dari laba,
(3) berupa persentase dari harga barang,
(4) berupa kelebihan harga dari harga yang ditetapkan penjual,
(5) atau berupa ketentuan yang lainnya sesuai kesepakatan.
(Yusuf Al Qardhawi, Al Halal wal Haran fil Islam hlm. 226, Taqiyuddin An Nabhani, Al Syakhshiyyah Al Islamiyyah, 2/310)
Syaikh Yusuf Al Qardhawi dalam kitabnya Al Halal wal Haram fil Islam hlm. 226 menjelaskan mengenai upah bagi simsar sbb : Imam Bukhari berkata dalam kitabnya Shahih Bukhari, ”IbnuSirin, Atha`, Ibrahim [An Nakha`i], Al Hasan [Al Bashri], memandang tidak masalah mengenai upah bagi simsar [hukumnya boleh].
Ibnu Abbas berkata, “Tidak masalah [penjual] berkata [kepada simsar], “Juallah olehmu baju ini dengan harga sekian, maka apa yang lebih dari harga sekian itu, menjadi milikmu.”
Ibnu Sirin berkata, “Jika [penjual] berkata [kepada simsar], ’Juallah olehmu barang ini dengan harga sekian. Apa yang menjadi keuntungannya, itu menjadi milikmu, atau dibagi antara aku dan kamu’, maka hal itu tidak masalah.”
Telah bersabda Nabi SAW, “Kaum muslimin [bermuamalah] menurut syarat-syarat diantara mereka.”
(Lihat Yusuf Al Qaradhawi, Al Halal wal Haram fil Islam hlm. 226.).
Keterangan syarat (3): upah bagi samsarah tersebut tidak boleh terlalu tinggi (ghabanfahisy) atau mengeksploitir kebutuhan masyarakat.
Sebab menjualbelikan barang dengan terlalu tinggi (ghabanfahisy) telah diharamkan syariah,
Mengeksploitir kebutuhan masyarakat akan menimbulkan dharar (bahaya) bagi penjual/pembeli.
(Lihat Yusuf Al Qaradhawi, Al Halal wal Haram fil Islam hlm. 226.)
Keterangan syarat (4): Samsarah yang dilakukan tidak termasuk samsarah yang diharamkan.
Misalnya samsarah dalam jual beli antara orang kota dengan orang dusun dimana orang dusun tidak tahu harga kota.
Atau samsarah yang mengandung unsur penipuan (al khidaa’).
(Ziyad Ghazal, Masyru’ Qanun Al Buyu’, hlm. 59.) (Taqiyuddin AnNabhani, As Syakhshiyyah Al Islamiyyah, 2/314-315.)
COMMENTS